Langit biru yang lapang mulai jatuh pada paving-paving pelataran
Horizon menelan diriku mentah-mentah
Wajahku terhapus dari hamparan lautan saat langit menghitam
Membaca sepi adalah hal yang lumrah
Sedangkan malam adalah ruang yang ku bangun sendiri
Tempat yang tepat untuk ku memulangkan pejam dan mimpi-mimpi
Perlahan waktu tak lagi kanak-kanak
Membawaku mengangkat kabut-kabut di kaki langit
Aku terbangun dan menemukan tubuhku duduk di sela-sela jendela
Membuat pagi tak butuh aroma piccolo dan sesal hari kemarin
Waktu menggubah elegi untuk tumbuh
Dan waktu pula yang menguburnya dengan tangannya sendiri
Sesaat aku paham, semua raga punya cahaya jiwa
Aku; adalah utari dibalik segala prasangkaku
Yang selama ini tenggelam hanya untuk terbit kembali
Horizon menelan diriku mentah-mentah
Wajahku terhapus dari hamparan lautan saat langit menghitam
Membaca sepi adalah hal yang lumrah
Sedangkan malam adalah ruang yang ku bangun sendiri
Tempat yang tepat untuk ku memulangkan pejam dan mimpi-mimpi
Perlahan waktu tak lagi kanak-kanak
Membawaku mengangkat kabut-kabut di kaki langit
Aku terbangun dan menemukan tubuhku duduk di sela-sela jendela
Membuat pagi tak butuh aroma piccolo dan sesal hari kemarin
Waktu menggubah elegi untuk tumbuh
Dan waktu pula yang menguburnya dengan tangannya sendiri
Sesaat aku paham, semua raga punya cahaya jiwa
Aku; adalah utari dibalik segala prasangkaku
Yang selama ini tenggelam hanya untuk terbit kembali
Pict Source: fr.wikipedia.org