Aku, Kini
Aku, saat itu adalah duka yang sesungguhnya
Kau bayangkan saja
Apabila wajah manis gulaku memuai di jalan raya
Wajah keruh, rasa-rasa tak mau tumbuh dan tulang belulang meleleh menjadi lembah keluh
Ada juga nafas yang ingin ku lepas dan menghitam di atas putihnya kertas
Ah, sudah
Itu dulu
Mereka hanyalah bumbu-bumbu masa lalu
Kini, aku suka memandangimu
Rasanya seperti berada diatas ayunan bergerak dan terkoyak
Angin-angin membawa duka lepas pergi merangkak dan hawa dingin melunak tak berkembang biak
Gelak tawa menggelegar lalu aku mulai sadar
Akulah kebahagiaan pada titik kulminasi
Hati yang lama tak berpenghuni
Kini telah terisi kembali
Kau bayangkan saja
Apabila wajah manis gulaku memuai di jalan raya
Wajah keruh, rasa-rasa tak mau tumbuh dan tulang belulang meleleh menjadi lembah keluh
Ada juga nafas yang ingin ku lepas dan menghitam di atas putihnya kertas
Ah, sudah
Itu dulu
Mereka hanyalah bumbu-bumbu masa lalu
Kini, aku suka memandangimu
Rasanya seperti berada diatas ayunan bergerak dan terkoyak
Angin-angin membawa duka lepas pergi merangkak dan hawa dingin melunak tak berkembang biak
Gelak tawa menggelegar lalu aku mulai sadar
Akulah kebahagiaan pada titik kulminasi
Hati yang lama tak berpenghuni
Kini telah terisi kembali
Image Source: Google
0 komentar