“Aku rindu pada senja dan suara percikan gerimisnya. Mereka yang mempertemukan kita. Saat itulah bulir-bulir kerinduan memudar seiring bertemunya dua bola mata kita.” Suara rintikan air hujan kini memenuhi isi ruang kamarku. Kubuka sedikit tirai jendela dan kupandangi suasana di luar sana, tampak deras luruhan hujan yang datang. Sepertinya tak kunjung reda. Aku mulai resah. Tetesan air yang jatuh dari langit itu berhasil menyuramkan mataku. Membuatku berfikir dua kali untuk tidak membiarkan tubuh ini...
Ketika hatiku telah luluh oleh perkataanmu Ketika ragaku telah lumpuh oleh perlakuanmu Ketika itu pula mataku hatiku telah buta akan segala yang ada Buaian mesra yang terucap dari bibir manismu Secara tajam memaksa menembus imajiku Bergulat keras dengan emosi diri Melayang bersama rayuan sang pencuri hati Mentari tampak cerah penuh dengan gelak tawa Menyatukan simpul-simpul kebahagiaan Rembulan tampak bersinar penuh dengan balutan cinta Menciptakan sebongkah keindahan Tetapi..Ada rasa lara yang luar biasa Ketika kubuka mata...
Hatiku tergetar. Tiada satu patah kata pun yang ingin aku keluarkan dari mulut ini. Mulutku membisu sekejap ketika aku memikirkan makhluk Tuhan yang satu ini. Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Continue Reading
Malam ini, Tuhan.. Akan ku rangkai sebuah pengakuan Yang entah pada siapa ingin ku tunjukkan Ini tentang rindu.. Rindu yang telah lama menusuk kalbu Terdiam hingga menyayat syahdu Kurasakan sakitnya Kunikmati perihnya Kudapati rintihku menggema Tiadakah yang ingin menjawab pengakuanku? Membungkam setiap jeritan luka Membalas setiap tetes rindu yang menyapa Malam ini, Tuhan.. Kubiarkan rinduku menerjang Mengalir lembut dan perlahan mengguncang Ini tentang harapan.. Mengalun dan mencari sebuah kepastian Melepaskan rindu yang tersendat pelan Kurasakan...