Facebook youtube Pinterest Twitter LinkedIn instagram

A Lost Nemophilist

Tentang perempuan dibalik pepohonan yang selalu rindu menyelami hutan kata-kata

Aku kagum pada setiap keberanian hidup
Kau seperti alam yang terus bernyanyi dan menggantungkan masalah hanya diujung jempol kaki
Langitmu berayun menikmati nyaringnya sambaran petir di pucuk-pucuk dedaunan
Dan segala kepedihannya ditebang oleh kata-kata yang kokoh menjadi puisi
Ribuan kali gemuruh ombakmu bergulung dan pecah dibibir pantai
Seperti sesak yang tak tertahankan dan kau bisa merengek sejadi-jadinya
Nyanyian yang luar biasa, ajaib! Bebanmu hanyut!
Lalu aku menciut diantara keberanian nyanyian alam mu


Aku kagum pada setiap kekuatan hidup 
Hujan pilu pernah berujar ketidak terimaan di pelataran hatimu
Namun gemericiknya mampu merenggut kapas awan yang kelabu menjadi tiada
Terhempas dibumi yang keras namun sepasang senyummu mengalihkan segalanya
Lembayung senja diatas permukaan laut pun lamat-lamat membumi tanpa takut
Mulai gelap, namun cahaya bulan berkuasa atas langit-langit
Aku berkaca padannya dan dinding korneaku dilarang berkaca-kaca
Sekalipun nyanyian indah kenangan berubah menjadi nada-nada geram
Atau hati lebih memilih dianestesi?
Tidak, jangan!


Bagaimana dirimu lihai melakukannya?
Lagu alam mu tak berhenti seperti memakan karet pentil yang tak habis digigit
Kau pun berdiri diujung candamu serupa semangat yang berserakan dibawah pohon rindang 
Burung-burung sebagai temanmu terus terbang dan berlarian mengejar angin yang bersyair
Mimosa berbisik, "jangan malu-malu seperti diriku"
Dan kupersilahkan kau menjadi cerita dalam kaset yang pitanya bergulung dalam dadaku
Ingin ku putar dan terus ku putar hingga soreku memberanikan diri menemui pagimu


                                                                Image source: Google

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Harus kunamai sebagai apa?
Pecahan diriku yang dinilai pusing dan membosankan bagi kaum Millennial?
Kepingan semesta dalam diriku yang berbicara hingga kuping mereka menjadi bengal
Udara lembab dan mata sembab yang menyatu dalam butiran sajak satire
Pagi yang cerah dan malam yang bergairah, apa bedanya?
Aku bebal, tak segera ku temui jawaban
Di bilik usang tempatku berpulang 
Terasing di celah remang-remang dengan ribuan jejak kaki kawan
Meneguk lembaran kisah pribumi pengagung Eropa di "Bumi Manusia"
Hingga membabat habis keganjalan dikehidupan "Orang-Orang Bloomington"

Sesaat kita merangkul dunia yang mustahil kita sentuh seperti menggenggam udara
Kita tidak melihat, akan tapi kita begitu merasa
Lalu waktu berputar dan terlihat begitu sadis
Menenggelamkanku dalam musim berkabut yang tak lagi tipis
Lihat!! Layar handphone berkedip dengan pintarnya dan segera aku dimakan habis
Langkah kaki melirih serupa sepi yang menyusup pada dinding-dinding dan menjadi dingin
Dahaga merapuh seperti tak akan haus kembali
Waktu begitu sempurna sedangkan manusia lebih memilih egonya
Berpendar dalam pengetahuan yang tak utuh seperti menikmati hidangan sehari-hari
Hhhh.. 
Mungkin tanda tanya yang kemudian akan mencangking mimpi-mimpi kecil kembali kemari 
Menemukan hutan, lautan, dan jalanan dalam kerut dahi yang paling mengasyikkan


                                                                                                              Image source: Pinterest



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pagiku kini bermata teduh
Menahan jendela kayu menghasut sinar-sinar mimpi untuk lari tanpa jenuh 
Bukan lari dari segerombolan semut-semut hitam yang mengerumuni jari kaki-kaki kecil
Namun lari melewati bebatuan tajam yang bertebaran dibalik rerumputan di padang savana diatas kerikil-kerikil kecil 
Kemudian pagi bermata teduh merasukiku sebagai mekar-mekar bunga seribu warna
Keharuman teguh menyapa hingga sesaat sebelum putik bunga mahkota terlepas dari singgasananya
Meyakini cita dan cinta akan datang dalam suatu cerita
Hidup dalam hidup berbadan labirin yang berlika-liku
Dimana ujungnya? Tiada yang tahu
Menerka, menerka dan menerka celah bergema kebahagiaan yang bukan semu
Karenamu langit mengharu biru, saat senja berubah berganti ungu
Dan senyummu adalah daun pintu
Membuka pagiku yang teduh penuh rimbun doa ibu



Image result for garden tumblr
Image Source: Google
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Categories

  • Anything
  • Cerpen
  • Dream
  • Family
  • Fiksi
  • Film
  • Food
  • Friends
  • Hobi
  • Islami
  • Lirik Lagu
  • Love Story
  • Motivasi
  • Puisi
  • Resep
  • Seni
  • Tips
  • Wish

recent posts

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  April (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2017 (12)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ▼  April (3)
      • Kau dan Nyanyian Alammu
      • Teriakan Agen Semesta
      • Pagi Bermata Teduh
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2013 (35)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (5)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)

About Me

Retno Dwi Cahyani
Lihat profil lengkapku

Viewers

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates