Facebook youtube Pinterest Twitter LinkedIn instagram

A Lost Nemophilist

Tentang perempuan dibalik pepohonan yang selalu rindu menyelami hutan kata-kata

        Malam itu, hari Rabu sekitar pukul 9/10 sebelum tidur, saya dan suami habis sepiring buah nanas berdua. Singkatnya, pukul 11 malam ketika mata sudah mulai terpejam, saya tiba-tiba merasakan perut saya nyeri seperti nyeri haid. Awalnya saya mengira ini adalah kontraksi palsu saja seperti hari-hari sebelumnya. Karena sudah semingguan  saya merasa nyeri haid itu datang namun selang beberapa menit kemudian menghilang dan setelah saya cek itu ternyata itu yang namanya kontraksi palsu. Juga sudah semingguan itu saya mengalami flek. Saya kira saya sudah mendekati waktu melahirkan, namun kontraksi tidak kunjung datang lebih intens. 

        Pada malam hari itu terasa berbeda, rasa nyeri ternyata timbul lagi setelah beberapa menit mereda. Saya belum berani membangunkan suami karena waktu itu jeda kontraksinya masih cukup lama. Sampai datang waktu subuh tidur saya hanya lap-lapan saja alias tidak bisa tertidur nyenyak karena merasakan nyerinya yang semakin intens dan semakin terasa sakitnya. Rasanya seperti perut kita diremas dari dalam tetapi masih bisa tertahankan. Sejak saat itu saya berani bilang ke suami. Suami saya lekas menenangkan, mengelus2 punggung saya dan sempat merelakan tubuhnya sebagai pelampiasan rasa sakit. Waktu itu saya berfikir kalau sepertinya hari itu adalah hari H pertemuan kami dengan buah hati kami. 

        Gelombang cinta itu berlangsung berkali-kali hingga 10 menit sekali pada pukul 6 pagi dengan durasi nyeri 30-40 detik. Kami (saya, suami dan ibu) segera bergegas pergi ke bidan pada pukul stengah 7. Sehari sebelumnya saya memang sudah menjadwalkan ingin ke bidan untuk kontrol rutin pukul 7 pagi karena waktu itu kehamilan saya sudah menginjak pekan ke 39, yakni sehari sebelum HPL dan debaynya belum juga lahir. Namun kala itu qodarullaah waktu sampai di tempat bidan, dicek sudah bukaan 2. Sambil menunggu pembukaan sempurna, saya teringat saran ponakan suami yang juga seorang bidan untuk melakukan gerakan berdiri jongkok agar kepala debaynya lekas turun. Namun waktu itu entah saya jongkok terlalu lama atau terlalu banyak melakukannya, qodarullaah ketuban saya malah pecah saat masih menginjak bukaan 6 pada pukul 9 pagi. Bidan disana bersegera memberikan saya popok dewasa agar air ketuban tidak lekas mengucur ke lantai dan menyarankan saya untuk minum yang banyak. 

        Hingga waktu berjalan pukul 10, kontraksi itu terus muncul, keinginan mengejan terasa semaaakin kuat. Saya berusaha untuk tenang dan mengatur nafas dengan melantunkan dzikir yang tiada henti. Namun disana alhamdulillaah terdapat gymball yang saya rasa sangat mengurangi rasa nyeri saya saat itu. Oiya saat itu bisa-bisanya saya sempat ingin bakso urat tapi suami mencari2 belum ada yg buka jadinya makan bakso biasa. Tapi tidak apa-apa, agar kuat saat mengejan nanti kata bu bidan hehe. Setelah makan bakso, mengingat rasa ingin mengejan semakin kuat dan air ketuban sudah mulai menipis, bu bidan menyarankan saya berbaring di tempat bersalin dan proses persalinan pun siap dimulai. Waktu itu menginjak pukul 11 kurang 15 menit, dan saya ingat saat dicek bukaan masih belum sempurna. Kalau tidak salah waktu itu masih bukaan ke 8. Bu bidan menyarankan untuk menahan, namun saya sudah tak lagi menahan rasa ingin mengejan ini. Sambil menunggu bukaan lengkap, saya kemudian mulai dipasangi infus dan bidan pun segera menyiapkan peralatan serta perlengkapan bayi. Waktu itu jujur saya rasanya pasrah sekali. Rasa sakit dan kekhawatiran-kekhawatiran akan mulut rahim jika terjadi luka, bengkak, tersobek atau disobek kalau saya harus melahirkan saat bukaan belum sempurna sementara saya kesampingkan, yang saya bayangkan hanya rindu yang dibayar lunas dengan pertemuan manis dengan si jabang bayi. 

        Seiring berjalannya waktu, ternyata sudah bukaan ke 10 dan bu bidan membolehkan untuk mengejan. Seingat sa kurang lebih saya mengejan selama 3 kali diiringi suami yang terus menawarkan air minum agar tenaga saya tak luntur. Kata suami, ketika kedua kalinya saya berusaha mengejan, sudah terlihat rambut debaynya namun ternyata ia tak kunjung keluar. Kemudian terakhir kali saya mengejan, diwaktu bersamaan saya merasakan ada robekan pada jalan lahir diiringi tangisan bayi yang sangat nyaring saat tepat adzan dzuhur berkumandang yakni pada tepat pukul 11.30, maa syaa Allaah tabaarakallaah. Disitu saya menyadari bahwa bidan telah melakukan tindakan episiotomi pada jalan lahir saya sehingga saya mendapatkan 15 jahitan saat itu yang nyerinya ketika dijahit malah mengalah-ngalahi sakitnya gelombang cinta yang datang sebelumnya padahal juga sudah dibius :') Pada akhirnya saya cuma sanggup bilang dan sesekali berteriak "Hasbunallaah wa ni'mal wakill, ni'mal maulaa wa ni'man nashiir. Allaahu akbar" dengan suami yang terus setia mendampingi disamping saya di saat persalinan saya dan ibu saya yang duduk di sofa yang berada di kamar persalinan. Sungguh manusia amat lemah tanpa kekuatan dari Rabb-nya.

        Namun benar kata banyak orang jika rasa sakit yang begitu dahsyat itu mendadak hilang ketika pandangan ini tertuju pada bayi yang kita lahirkan. Banjir oksitosin membuat kebahagiaan memuncak, menghapus luka, lelah, sakit yang pernah kita alami selama mengandung sampai proses melahirkan hari itu. Semua ibu pasti memiliki jalan cerita kelahirannya masing-masing. Ada yang mudah dan cepat. Ada juga yang harus melalui rasa sakit yang luar biasa dan dengan durasi yang cukup lama. Saya merasa bersyukur karena saya berada ditengah-tengahnya. Tapi saya yakin pasti akan banyak hikmah dibalik semua ketentuanNya. Sekarang jadi lebih faham mengapa ibu disebut hingga 3 kali oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika seseorang menanyakan, siapa yang paling berhak dimuliakan, sebelum beliau menyebut ayah. Oiya, disaat waktu persalinan kemarin, bu bidan sebenarnya sudah menginstruksikan jika saat mengejan, mata tidak boleh merem. Namun karena memang diluar kontrol, saya tidak sadar kalau mata saya juga ikut merem saat mengejan.  Alhasil pembuluh darah mata saya sempat pecah dan dibagian sudut mata kanan kiri jadi memerah. Namun selang 2 mingguan alhamdulillaah mata saya pulih dengan sendirinya. Terima kasih yaa Allaah atas segala nikmatMu, serta kami juga diberi kesehatan dan pulih dengan cepat pasca melahirkan. Semoga Engkau senantiasa membimbing kami menjadi orang tua yang sabar dalam merawat dan mendidik amanahMu ini. 

Rabbi hab lii minash-shaalihin.. 

Rabbi hab lii minash-shaalihin.. 

Rezeki yang amat tak ternilai. Alhamdulillaah 'alaa kulli haal.. 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Setiap hati yang sedih,  Allaah hadirkan seseorang yang kan tenangkan.
Setiap hati yang terluka,  Allaah datangkan seseorang yang kan sembuhkan.
Setiap air mata yang jatuh, Allaah kirimkan tangan-tangan yang kan lembut mengusapnya. 
Pelan-pelan.. 
Tidak perlu tergesa-gesa.. 
Langitkan segala doa-doa.. 
Bawa diri membaik semestinya.. 
Hingga tak ada lagi hujan bergerimis dimata.
Hingga pertemuan yang tak disangka-disangka benar adanya. 
Tahu-tahu, ada yang hadir dan perlahan waktu berbisik jika sebentar lagi ia kan mengikis segala luka dan menjadikannya tiada. 
Tahu-tahu, ada yang datang dan ia kan menggenapkan segala kurang dan lebihnya. 
Membuat senyum yang mengembang lebih dari biasanya. 
Membuat degup dada bergetar lebih kencang di hari-hari esok dan lusa. 
Hingga akhirnya membuat kita percaya bahwa segala yang dari Allaah itu baik pada akhirnya.
Karena hidup adalah rangkaian kejutan demi kejutan setiap harinya dengan kadar yang berbeda.
Kemudian kita kan meleleh karna cintaNya, oleh sebab Ia telah mengatur segala indah hidup kita sedemikian rupa:')

Tenanglah wahai hati dan jiwa yang bersabar karna utamakan imaan dalam dada...

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku laut biar saja
Yang berdebur-debur sendirian
Percikan-percikan terakhirku yang bertahan di dinding karang
Hanyut mengalun bersama musik-musik tanah
Sudah lama tak jumpa butiran pasir dibawahnya
Yang kini tampak batang hidungnya
Barangkali ada yang menyurutkannya
Cita-citamu kini
Aku laut, biar saja
Lain kali aku pasti pasang lagi


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



     Assalamua'alaikum.
     Bismillaah. Hai, Teman. Lamaaa sekali tak menyapa. Semoga hari-hari kita menyenangkan ya:) Hari ini saya ingin bercerita tentang suatu hal yang beberapa minggu yang lalu sempat ditanyakan oleh salah seorang teman saya. Dia tiba-tiba bertanya, "mengapa saya suka langit?". Mungkin karena dia melihat story di Instagram saya yang memang sering sekali mengunggah gambar langit hehe. Jangan ditanya, galeri di handphone saya memang kebanyakan gambar langit semua:D
     Langit. Tak sedikit orang yang menunggu untuk melihat berbagai macam fenomena darinya. Begitupun saya. Saya rasa banyak sekali ketenangan yang timbul setelah saya melihat langit sejenak. Saat suatu hari saya merasa dunia ini sempit, saya lebih memilih untuk menatap ke langit. Mengapa? Karena saya merasa ia akan selalu begitu luas. Kemudian pinta apapun yang ingin kita pinta pada Sang Pemilik Langit, maka selepas itu hati kita sedikit demi sedikit akan merasa lapang dan tenang. Betul tidak? Coba deh:')
     Seperti membaca dongeng-dongeng dari langit itu sendiri, didalam benak, saya merasakan berbagai macam rasa yang disampaikan oleh langit. Bagaimana saat langit merah merekah, merah muda pertanda jatuh cinta membara-membaranya, ungu gulana atau kuning keemasan pertanda semangat yang menyala-nyala. Semua memiliki versi keindahannya masing-masing. Pagi yang sesaat terang menuai ceria hingga mendung yang kelam mengurung hati, semua tetap sama. Pasti ada hati yang selalu saja menikmati. 
Namun saya paling mengagumi langit di batas hari. Itu yang paling saya senangi. Batas antara sore dan malam serta batas antara malam dan pagi. Karena meski tak selalu biru namun ia meneduhkan. Jingga yang menenangkan sebagai pembuka dan penutup hari. Selain langit pada saat-saat tersebut sering menampakkan keindahannya, ada waktu yang mustajab untuk kita berdoa dan tidak lepas dari doa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalaam. Pagi yang mengawali siang hari dan sore yang mengawali malam hari. Pagi dan sore menjadi momentum yang baik untuk memohon kemaslahatan kita semua dan meminta perlindungan Allaah Subhanahu Wa Ta'ala untuk 12 jam ke depan:)
      Saya mengagumi langit sebagaimana jiwa saya mengagumi-Nya, bersyukur untuk segala rasa yang timbul oleh karenanya. Bila mata ini diajak kembali menatap langit, sejatinya sebab ada tujuan agar ucapan syukur itu terus bergema di bibir ini. Melangitkan doa menjadi kegiatan yang paling menyenangkan dan paling saya gemari, menyampaikan segala pinta serta mengadukan segala kesusahan dan kesedihan. Kita selalu bisa memohonkan segala sesuatu pada Sang Pemilik Langit dan meyakini Allaah Maha Mengabulkannya. Saya mencintai langit dan saya bahagia. Sebab di satu tempat entah dimana saya yakin ada seseorang yang tersenyum hangat sedang menatap langit yang sama dan ia juga melangitkan segala doa-doanya:) 

Bagaimana dengan langitmu hari ini? Semoga selalu teduh dan menenangkan ya..setenang hatimu:))))







Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar


Perjalanan unpredictable :D Cerita mau ke Air Terjun Gririmanik Wonogiri tapi ndak sampai tujuan karena cuaca yang kurang mendukung hehe walau ndak sampai tujuan ndak papa ndak ada perjuangan yang sia-sia semua perjuangan di muka bumi ini. Jadinya hanya foto foto aja dan menikmati indahnya alam yang sunggih luar biasa. Dapat foto-foto hijau yang menggemaskan dan memanjakan mata :D Semoga lain kali masih di beri kesempatan mengunjungi Air Terjun Girimanik ini. Dibawah ku kasih puisi sedikit yaaa wkwk



Rintik berbisik
Kabut membawa kita
Masing-masing mencoba
Kata-kata sudah dikosongkan
Tak ada lagi percakapan
Tak ada salahnya berbalik badan
Apa yang dikehendak tak mesti berjalan rancak
Dicatatan kaki itu, ku temu
Tiada yang sia-sia, menjelma kita
Buru-buru ditangkapnya gambar rumah tanpa jendela itu
Yang hewan-hewan ikut berlindung dibawahnya
Yang manusia banyak pula yang bergantung padanya
Diantara gigil matahari dan lirik-lirik basah
Kepada dedaunan yang subur waktu itu
Kita akan kembali
Menyempurnakan langkah-langkah kaki
Bertemu air-air yang terjun jatuh bersenyawa dengan bumi



  





Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Ada paras-paras jingga menuju kaki langit
Dan matahari dirakit menjadi puisi
Cahaya ditenun
Awan digulung menjadi kain basah
Air matamu tampak tua
Pedih yang tinggal hendaklah ditanggalkan
Menjadi berani adalah tombak jiwa
Kau harus yakin
Kemarau patah
Kemudian tumbuhlah hujan-hujan yang ingin disentuh
Hujan tumpah
Kemudian bangunlah kemarau-kemarau yang semakin memerah
Begitu hidup terus berputar seperti roda-roda dijalanan
Mati terbunuh akan menjadi lumrah
Sebab ada nyawa-nyawa yang berlipat ganda
Sedangkan dari balik jendela, aku masih ingin terus berdengung
Kelak kau akan menjadi basa yang manis
Oh tidak
Tidak kau saja
Aku juga

Related image
Pict Source: mirablue.blogspot.co.id

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Pict from Google

"Setidakberuntungnya kita hari ini, masih banyak keberuntungan lainnya yang harus kita syukuri".

Kita terkadang sempat berfikir, apa yang salah dengan hidup kita sampai-sampai kita merasa kita tidak lebih bahagia dari orang lain. Padahal sebenarnya hanya kita yang tidak menyadari bahwa begitu banyak nikmat yang telah kita terima kemudian mata kita terbutakan bahwa masih banyak mereka-mereka yang hidupnya jauh dibawah kita.

Jika dalam pandangan saya, mereka-mereka yang hidup selalu hidup susah dan kekurangan, hari-hari yang selalu dilingkupi oleh kekhawatiran apakah mereka bisa makan di kemudian hari, ataukah mereka-mereka yang sedang berusaha menyelamatkan diri dari tindakan-tindakan pemimpin yang dzolim adalah makhluk-makhluk Allaah yang terpilih dan yang lebih beruntung daripada kita yang hidup tentram sepanjang masa di dunia.

Sebab kenapa? Sebab sepanjang hidup mereka selalu dituntut untuk bisa bersabar dan hidup penuh dengan rasa syukur. Bersabar dan bersyukur; adalah dua hal yang unik dari manusia beriman. Jika nikmat yang didapat dia bersyukur, jika musibah yang didapat dia bersabar. Sedangkan orang yang bersabar akan ditambah lagi nikmatnya. Akan ada satu derajat di Jannah yang hanya bisa dicapai dengan kesabaran.

Hehe yasudah, inti dari tulisan ini adalah untuk muhasabah diri agar kita selalu bersyukur dan bersabar atas jalan yang telah Allaah pilihkan dalam hidup kita 😁 Jangan lupa berterima kasih kepada alam yang indah ini dan berterima kasih kepada diri sendiri karena masih bisa merasakan kebahagiaan di dunia yang fana ini manteman 🌻🌾🌼🌳🍂
.
Di hari-hari penuh dengan senyum yang tersungging😊😊
Mlg, 260418
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Older Posts

Categories

  • Anything
  • Cerpen
  • Dream
  • Family
  • Fiksi
  • Film
  • Food
  • Friends
  • Hobi
  • Islami
  • Lirik Lagu
  • Love Story
  • Motivasi
  • Puisi
  • Resep
  • Seni
  • Tips
  • Wish

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2023 (1)
    • ▼  Juni (1)
      • Mengenang Lahirnya Anugerah
  • ►  2020 (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  April (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (12)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2013 (35)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (5)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)

About Me

Retno Dwi Cahyani
Lihat profil lengkapku

Viewers

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates