Melawan Sepi

by - September 30, 2014


Kali ini ingin ku serukan segala sepi dan gundahku. Karena sunyi sepiku tiada yang tahu. Perihnya selalu membuat hati ini tersayat sembilu. Sepi, selalu kunikmati tetapi terkadang kumaki. Seringkali ku ingin di dalam keadaan yang benar-benar sendirian. Bersembunyi dari hiruk pikuk keramaian kota yang memekakan telinga. Tanpa seorangpun yang dapat mendengar sesenggukan piluku. Tak jarang pula sepi ini selalu ku sesali dan ku maki. Karena ku merasa terabai oleh segala sesuatu yang berlalu lalang  di depanku tanpa suatu sapaan yang berarti. 

Ku coba enyahkan segala kegundahan, tetapi malah meradang dan sakitnya hanya kutahan. Di pangkuan malam sepi, ku teteskan bulir-bulir kesunyian yang mungkin takkan pernah teralirkan. Yang nyatanya hanya tersendat dalam kubangan harapan. Kemudian sepi ini masih terus mengelabui dan semakin akrab dengan hari-hariku. 

Ku menatap kekosongan dalam keheningan malam. Dan hanya segenggam hampa yang tertangkap. Aku tak akan pernah berlari mengejar sesuatu. Ketika ruang gerakku terhimpit oleh keadaan yang tak pernah benar. Keadaan selalu saja membawaku ke posisi yang salah. Ragaku tak pernah berani menuju keluar zona nyamanku. Yaitu sepi. Bahkan bila aku benar benar sendiri dalam sepi, aku akan tetap bertahan. Karena ku sudah bosan berdebat dengan ego ku.

Ku biarkan sang bulan dan bintang  mengintip samar, untuk mengulurkan sekelumit cahayanya. Tapi entah mengapa mereka malah berlarian. Seperti enggan menyelimutiku dari dingin nya angin malam yang meraba. Aku ingin mereka membawa lari seluruh lukaku. Aku ingin mereka tahu betapa pedihnya kini ku terperangkap dalam kesunyian. Ya, mungkin aku hanya cemburu pada bintang yang selalu menemani sang bulan.

Dibasuh lirih semilir angin malam. Hanya terdengar sayup bait nyayian tentang kesunyian. Ragaku gontai menyusuri akar permasalahan yang tak pernah lelah menggerogoti sisa-sisa gelegak tawaku. Walaupun begitu, ku tak akan pernah mengasihani diriku sendiri. Karena aku yakin bahwa diriku akan kuat melawan sepiku ini. Aku senantiasa yakin disuatu saat nanti, kan datang hari itu. Ketika seseorang datang untuk menyudahi masa suramku, seseorang yang hendak mengobati segala lukaku di kemudian hari, dan seseorang yang datang untuk membagi rasa semangat yang ada pada genggaman tanganya untuk melanjutkan masa depan bersamaku. Saat itulah senyumku kembali merekah dan hidupku akan kembali cerah. Aamiin ya Allah:')

You May Also Like

0 komentar