Seni. Baru-baru ini ayah baru nyadar kalo anaknya yang satu
ini demen banget sama yang namanya seni. Mulai dari seni rupa, seni tari, seni musik, sampe seni kerajinan tangan. Saya sukaaaak banget. Gara-gara mainan kertas di gulung-gulung ini, ayah baru bilang kalo
saya tu punya jiwa seni hahaha mungkin beliau kebetulan pas lagi suka mainan
buatanku ini. Yup, QUILLING PAPER. Itu namanya. Ini juga masih nyoba-nyoba kok. Masih amatiran bangeet. Baru nemuin mainan ini sekitar sebulan yang lalu. Awalnya sih liat-liat di inet
kayaknya gampang gitu buatnya. Saya pikir cuma kertas digulung-gulung trus di
tempel gitu, ee ternyata ribet juga. Butuh kreatifitas yang tinggi untuk mengkolaborasikan gulungan-gulungan kertas itu biar tampak layak untuk di
pajang hehe. Mau coba bikin karya lebih banyak, ntar deh kalo waktu udah longgar :'>
Ku coba enyahkan segala kegundahan, tetapi malah meradang dan sakitnya hanya kutahan. Di pangkuan malam sepi, ku teteskan bulir-bulir kesunyian yang mungkin takkan pernah teralirkan. Yang nyatanya hanya tersendat dalam kubangan harapan. Kemudian sepi ini masih terus mengelabui dan semakin akrab dengan hari-hariku.
Ku menatap kekosongan dalam keheningan malam. Dan hanya segenggam hampa yang tertangkap. Aku tak akan pernah berlari mengejar sesuatu. Ketika ruang gerakku terhimpit oleh keadaan yang tak pernah benar. Keadaan selalu saja membawaku ke posisi yang salah. Ragaku tak pernah berani menuju keluar zona nyamanku. Yaitu sepi. Bahkan bila aku benar benar sendiri dalam sepi, aku akan tetap bertahan. Karena ku sudah bosan berdebat dengan ego ku.
Ku biarkan sang bulan dan bintang mengintip samar, untuk mengulurkan sekelumit cahayanya. Tapi entah mengapa mereka malah berlarian. Seperti enggan menyelimutiku dari dingin nya angin malam yang meraba. Aku ingin mereka membawa lari seluruh lukaku. Aku ingin mereka tahu betapa pedihnya kini ku terperangkap dalam kesunyian. Ya, mungkin aku hanya cemburu pada bintang yang selalu menemani sang bulan.
Dibasuh lirih semilir angin malam. Hanya terdengar sayup bait nyayian tentang kesunyian. Ragaku gontai menyusuri akar permasalahan yang tak pernah lelah menggerogoti sisa-sisa gelegak tawaku. Walaupun begitu, ku tak akan pernah mengasihani diriku sendiri. Karena aku yakin bahwa diriku akan kuat melawan sepiku ini. Aku senantiasa yakin disuatu saat nanti, kan datang hari itu. Ketika seseorang datang untuk menyudahi masa suramku, seseorang yang hendak mengobati segala lukaku di kemudian hari, dan seseorang yang datang untuk membagi rasa semangat yang ada pada genggaman tanganya untuk melanjutkan masa depan bersamaku. Saat itulah senyumku kembali merekah dan hidupku akan kembali cerah. Aamiin ya Allah:')