Tentang kebahagiaan

by - Februari 16, 2018

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum, teman :) 

       Kebahagiaan dan kesuksesan, dua hal yang paling sering terlihat di media sosial. Walaupun tidak jarang pula banyak yang dilanda kegalauan. Kemarin, sempat ada salah seorang sahabat bercerita. Dia merasa sedih dan gundah gulana karena di medsos dia melihat banyak teman2 nya yang menunjukkan bahwa mereka telah sukses, lancar dalam bisnis dan pekerjaan, telah bahagia menikah dahulu, punya anak lebih dahulu, bisa jalan-jalan kemanapun yang mereka mau dan kebahagiaan2 pada umumnya. Kemudian dia bertanya bagaimana pendapat saya. 

Kita tidak bisa memungkiri selain memiliki sisi positif sebagai media ukhuwah, media dakwah, maupun sumber inspirasi, medsos juga memiliki sisi negatif seperti kejadian diatas misalnya. Hal-hal yang ditunjukkan di medsos dapat menimbulkan kecemburuan sosial. Manusia lebih sering menuntut kehidupan layaknya manusia umumnya pada Allaah daripada mensyukuri nikmat yang telah Allaah berikan. Saya pun juga pernah mendapat nasihat dari sahabat saya dan menunjukkan kepada saya sebuah hadist, apabila bertemu teman yang lebih sukses, ikuti tips Nabi berikut. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Image result for bahagia
Pict Source: hatajie.com


       Akan lebih baik bila kita mensyukuri segala macam nikmat Allaah mulai dari yang terkecil. Bernafas, misalnya. Karena dengan bernafas kita masih punya banyak kesempatan untukembantu orang dll. Lihat masih banyak orang yang tertinggal jauh dari kita. Kita harus terus bersyukur walaupun sedikit. "Barang siapa yang tidak mensyukuri sesuatu yang sedikit maka maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak" (HR Ahmad). Bukannya su'udzon, mungkin banyak orang yang sukses tapi Allaah tidak ridho dengan dirinya dikarenakan cara menggapai suksesnya yang tidak halal, misalnya. Lain lagi dengan penjual koran keliling, penjaja nasi jagung jalanan, tukang bersih2, atau yang lain, mungkin Allaah lebih ridho karena mereka ikhlas dan lillahita'ala dalam mengerjakan pekerjaan mereka tersebut. Tidak usah bersedih, toh tidak semua kebahagiaan yang ditunjukkan di medsos itu asli kok. Menurut Fran Walfish, ahli psikoterapi (dikutip dari Kompas.com) banyak orang nekat melakukan pembohongan kepada pengikut di media sosial karena mereka ingin menimbulkan kecemburuan dan membuat diri mereka lebih disukai, terutama untuk para mantan dan pasangan mereka saat ini. Muehehehehe :))

     Hal itu pula yang menuntut kita untuk bijak memposting peristiwa bahagia yang sedang kita rasakan. Niat kita sih baik yaa, berbagi kebahagiaan agar semua orang dapat merasakan kebahagiaan tersebut, tetapi kenyataannya malah membuat manusia lainnya kufur nikmat ataupun malah bersedih. Apakah kita pernah menyangka bila ternyata ada segumpal daging yang bernama hati yang merasakan kepedihan apabila kita memposting kebahagiaan yang kita miliki? Karena langit manusia tidak akan pernah sama rata, pasti ada yang mendung, ada yang cerah, ada yang sedang hujan. Tidak semua memiliki apa yang kita miliki. Jadi menurut saya, kita pun harus banyak2 belajar memanajemen kebahagiaan. Saya juga masih belajar menerapkan hal itu. Lebih bermanfaat jika kita share dakwah atau hal2 yang mengispirasi lainnya agar orang2 dapat terdorong untuk menjadi manusia bermanfaat pula, daripada mengumbar kebahagiaan yang alih2 ingin menebar kebahagiaan kepada orang lain, nyatanya malah terdapat mudharat yang tak kita sangka-sangka. Hehe semoga kita semua termasuk seorang muslim dan muslimah yang beruntung karena hidupnya diberkahi kebahagiaan yang melimpah oleh Allaah Ta'ala. Aamiin. Wallahua'lam bisshowab.

You May Also Like

0 komentar